Senin, 08 Oktober 2018

Pengertian al-Fadlu beserta ayat dalam Alquran

A. Definisi Al-Fadlu
Lafadz Al-Fadlu berarti karunia. Yakni, pemberian atau anugerah dari yang lebih tinggi kedudukannya kepada yang lebih rendah, pemberian yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia. Karunia itu bukan upah pekerjaan atau hasil usaha manusia, melainkan pemberian atau hadiah.
Karunia itu dianugerahkan Allah secara Cuma-Cuma yang diberikan untuk kebaikan manusia. Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya hanya dari Allah semata. Karunia yang Allah berikan ini adalah bentuk kasih saying-Nya kepada hamba-Nya yang telah berjuang dalam menjalankan agama Allah swt.

B. Lafadz Al-Fadlu dalam Alquran
Berikut adalah lafadz  yang disebutkan dalam alquran :
Lafadz/kata Penyebutan dalam Alquran
Qs. Al-baqarah [2]:64
Qs. Al-baqarah [2]:105
Qs. Al-Imran [3]:73
Qs. Al-Imran [3]:74
Qs. An-Nisa [4]:70
Qs. Al-Anfal [8]:29
Qs. An-Nuur [24]:22
Qs. An-Naml  [27]:16

C. Penafsiran lafad Al-Fadlu dalam Alquran
Qs. Al-baqarah [2] ayat 64

ثُمَّ تَوَلَّيْتُم مِّنۢ بَعْدِ ذَٰلِكَ ۖ فَلَوْلَا فَضْلُ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُۥ لَكُنتُم مِّنَ ٱلْخَٰسِرِينَ ﴿٦٤﴾

“ Kemudian, setelah itu kamu berpaling. Maka sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, pasti kamu termasuk orang yang rugi.” (QS. Al-Baqarah [2]:64)
Lafadz pada ayat ini menjelaskan bahwa karunia yang dimaksudkan menurut tafsir jalalain ialah dengan menerima taubat atau menangguhkan siksa terhadapmu. Setelah manusia untuk ke sekian kalinya berpaling dari perintah Allah, jika bukan karena Allah dan Rahmat-Nya yang memberikan taufiq untuk bertobat dan mengampuni kesalahan-kesalahan mereka tentu mereka termasuk orang-orang yang rugi di dunia dan akhirat.

Qs. Al-baqarah [2] ayat 105

مَّا يَوَدُّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنْ أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ وَلَا ٱلْمُشْرِكِينَ أَن يُنَزَّلَ عَلَيْكُم مِّنْ خَيْرٍ مِّن رَّبِّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِۦ مَن يَشَآءُ ۚ وَٱللَّهُ ذُو ٱلْفَضْلِ ٱلْعَظِيمِ ﴿١٠٥﴾

“Orang-Orang kafir dari ahli kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya suatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu. Dan Allah menentukan siapa yag dikehendaki-Nya untuk diberi rahma-Nya dan karunia-Nya (kenabian) dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Qs. Al-baqarah[2]:105)
Karunia yang di maksudkan dalam ayat ini ialah Kebaikan Allah baik itu berupa wahyu (Al-Qur’an), ilmu pengetahuan, pertolongan maupun berita gembira. Telah diketahui bahwa orang-orang kafir dari golongan orang-orang yahudi dan musyrik penyembah berhala itu tidak akan megharapkan apa-apa kecuali hanya kemudharatan. Tuhan juga tidak suka Allah memberikan kebaikan kepada kalian. Allah tidak akan memperhatikan apa yang mereka harapkan dan apa yang mereka benci. Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya untuk menerima Rahmat-Nya dan karunia-Nya yang Maha besar.

Qs. Al-Imran [3] ayat 73

وَلَا تُؤْمِنُوٓا۟ إِلَّا لِمَن تَبِعَ دِينَكُمْ قُلْ إِنَّ ٱلْهُدَىٰ هُدَى ٱللَّهِ أَن يُؤْتَىٰٓ أَحَدٌ مِّثْلَ مَآ أُوتِيتُمْ أَوْ يُحَآجُّوكُمْ عِندَ رَبِّكُمْ ۗ قُلْ إِنَّ ٱلْفَضْلَ بِيَدِ ٱللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ﴿٧٣﴾

“Dan jangan lah kamu percaya melainkan kepada orang yang mengikuti agamamu. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah, dan (janganlah kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang  seperti apa yang diberikan kepadamu, dan (jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjah disisi tuhanmu.” Katakanlah: “ Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, allah memberikan karunnia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al- Imran [3]: 73)
Pada ayat ini yang dimaksudkan dengan karunia menurut Quraisy Syihab ialah petunjuk yang berasal dari Allah. Petunjuk itu bisa berupa mengetahui kebenaran maupun mengamalkan kebenaran itu (memperoleh taufiq), dan tidak akan ada yang memperolehnya kecuali yang dikehendaki Allah. Umat yang memperoleh hidayah dan taufiq yakni ilmu dan amal, sehingga kemudian  mereka pun memperoleh ketinggian, menjadi  orang-orang yang menunjukan jalan yang lurus dengan perintah Allah. Hal ini karena karunia Allah da ihsan-Nya yang besar kepada mereka.

Qs. Al-Imran [3] ayat 74

يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِۦ مَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ ذُو ٱلْفَضْلِ ٱلْعَظِيمِ ﴿٧٤﴾
“Allah menentukan rahmat-Nya (kenabian) kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Qs.-Al-Imran [3]: 74)
Karunia yang dimaksud pada ayat ini ialah kenabian dan hidayah. Allah memberikan kenabian dan kerasulan kepada siapa yang dikehendakinya, semata-mata karena karunia-Nya. Allah adalah pemilik karunia yang besar. Tidak ada yang bias menentang-Nya dan Dia tidak membatasi pemberian-Nya

Qs. An-Nisa [4]ayat 70

ذَٰلِكَ ٱلْفَضْلُ مِنَ ٱللَّهِ ۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ عَلِيمًا ﴿٧٠﴾
“Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Alah cukup mengetahui.” (Qs. An-Nisa [4]: 70)
Pada ayat ini yang dimaksudkan karunia menurut Quraisy Shihab ialah derajat yang mulia yang akan Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang taat. Pencapaian derajat yang mulia ini bukan hasil dari ketaatan seorang hamba, karena ketaatannya itu tidak akan dapat mencapainya. Tetapi, derajat yang mulia ini  bias mereka dapatkan sebagai karunia yang agung dari Allah, yang Maha Mengetahui dan memberi balasan terhadap semua perbuatan. Cukuplah pengetahuan Allah atas perbuatan orang yang beriman ketika ia mentaati-Nya dan memohon perkenan-Nya.

Qs. Al-Anfal [8] ayat 29
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ ذُو ٱلْفَضْلِ ٱلْعَظِيمِ ﴿٢٩﴾
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, kami akan memberikan kepadamu furqan. Dan kami akan jauhkan darimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS Al-Anfal [8]:29)
Pada ayat ini, Quraisy Shihab mengungkapkan bahwa yang dimaksudkan karunia ialah furqan yag artinya kemamppuan membedakan yang haq (benar) dan yang bathil, petunjuk dan kesesatan, yang halal dan yang haram. Furqan dapat juga diartikan dengan pertolongan. Ini adalah pahala yang Allah berikan bagi orang-orang yang percaya dan tunduk kepada kebenaran, apabila patuh pada perintah Allah dalam kesendirian atau ditengah keramaian, maka Allah akan memberikan karunia berupa kekuatan yang dapat membedakan antara yang benar dan yang tidak benar.

Qs. An-Nuur [24] ayat 22
وَلَا يَأْتَلِ أُو۟لُوا۟ ٱلْفَضْلِ مِنكُمْ وَٱلسَّعَةِ أَن يُؤْتُوٓا۟ أُو۟لِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينَ وَٱلْمُهَٰجِرِينَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا۟ وَلْيَصْفَحُوٓا۟ ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٢٢﴾

 “Dan jangan lah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan diantara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabatnya, orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah. Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampuni mu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. An-nuur [24]: 22)
Pada ayat ini yang dimaksudkan karunia ialah tidak meninggalkan berbuat kepada orang lain meski orang itu telah dzolim dan maksiat terhadap diri kita. Ayat ini berhubungan dengan sumpah abu bakar ra. Bahwa dia tidak akan memberikan apa-apa kepada kerabatnya ataupun orang lain yang terlibat dalam menyiarkan  berita bohong tentang diri Aisyah. Maka turunlah ayat ini melarang beliau melaksanakan sumpahnya itu dan menyuruh memaafkan dan berlapang dada terhadap mereka setelah mendapat hukuman atas perbuatan mereka itu.  Dalam ayat ini terdapat dalil menafkahi kerabat, dan bahwa menafkahi kerabat dan berbuat ihsan kepada mereka tidakla ditinggalkan karena maksiat seseorang dan terdapat anjuran memaafkan dan berlapang dada.

Qs. An-Naml  [27] ayat 16

وَوَرِثَ سُلَيْمَٰنُ دَاوُۥدَ ۖ وَقَالَ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ عُلِّمْنَا مَنطِقَ ٱلطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِن كُلِّ شَىْءٍ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلْفَضْلُ ٱلْمُبِينُ ﴿١٦﴾
“Dan sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata: “ Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata.” (Qs. An-Naml [27]: 16)
Pada ayat ini yang dimaksudkan karunia ialah nikmat khusus yang diberikan Allah untuk hambanya dalam menjalankan perintah Allah. Ayat ini berkenaan dengan kisah Nabi Sulaiman dan kemampuannya yang dapat memahami bahasa binatang. Ini adalah kemampuan dan kenikmatan yang khusus dan luarbiasa yang hanya diberikan kepada Nabi Sulaiman. Sebuah kemampuan memahami suara-suaranya burung dan semut. Sebagai rasa syukur kepada Allah, bergembiara atas ihsan-Nya dan menyebut-nyebut nikmat-Nya. Yang diberikan Allah, dilebihkan-Nya dan di istimewakan-Nya kepada kami ini. Beliau mengakui dengan sungguh-gungguh nikmat Allah.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar