BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan Kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW. melalui perantara malaikat Jibril yang diturunkan selama 22 tahun 2 bulan 22 hari secara berangsur-angsur dan membacanya merupakan ibadah. Al-Qur’an berisikan tentang firman-firman Allah, do’a, ancaman, berita, mukjizat para Nabi serta kisah pada zaman para Nabi Allah.
Kisah para Nabi ini diabadikan dalam al-Qur’anul Karim. Dalam kisahnya, para Nabi maupun sahabat ini ada yang disebutkan namanya, ada juga yang tidak disebutkan namanya atau bisa dikatakan “disamarkan” dalam al-Qur’an. Dalam al-Qur’an, disebutkan nama-nama yang menjadi latar belakang atau sebab turunnya ayat al-Qur’an.
Salah satunya dalam pembahasan ini yakni “Asma man Nazala fihim Al-Qur’an”, terdapat beberapa nama sahabat Rasulullah SAW. yang namanya menjadi sebab turunnya ayat al-Qur’an baik itu disebutkan namanya maupun tidak disebutkan namanya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Asma man Nazala fihim al-Qur’an?
2. Siapa saja nama Sahabat yang menjadi latar belakang turunnya suatu ayat?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui pengertian dari Asma man Nazala fihim al-Qur’an.
2. Mengetahui nama sahabat yang menjadi latar belakang turunnya suatu ayat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Asma man Nazala fihim al-Qur’an merupakan nama-nama orang yang diturunkan dalam al-Qur’an. Nama-nama orang yang diturunkan dalam al-Qur’an ini merupakan nama sahabat-sahabat Rasulullah SAW. yang dekat dengan beliau serta memiliki latar belakang turunnya ayat tersebut.
B. Nama-nama Sahabat Rasulullah SAW.
Adapun beberapa nama sahabat-sahabat yang diabadikan atau diturunkan dalam al-Qur’an diantaranya:
1. Zaid bin Haritsah
• QS. al-Ahzab : 37
وَإِذْ تَقُولُ لِلَّذِىٓ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَأَنْعَمْتَ عَلَيْهِ أَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ وَٱتَّقِ ٱللَّهَ وَتُخْفِى فِى نَفْسِكَ مَا ٱللَّهُ مُبْدِيهِ وَتَخْشَى ٱلنَّاسَ وَٱللَّهُ أَحَقُّ
أَن تَخْشَىٰهُ فَلَمَّا قَضَىٰ زَيْدٌ مِّنْهَا وَطَرًا زَوَّجْنَٰكَهَا لِكَىْ لَا يَكُونَ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ حَرَجٌ فِىٓ أَزْوَٰجِ أَدْعِيَآئِهِمْ إِذَا قَضَوْا۟ مِنْهُنَّ وَطَرًا وَكَانَ أَمْرُ ٱللَّهِ مَفْعُولًا ﴿٣٧﴾
“Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berkata kepada orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dan engkau (juga) telah memberi nikmat kepadanya, "Pertahankanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah," sedang engkau menyembunyikan di dalam hatimu apa yang akan dinyatakan oleh Allah, dan engkau takut kepada manusia, padahal Allah lebih berhak engkau takuti. Maka ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami nikahkan engkau dengan dia (Zainab) agar tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (menikahi) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya terhadap istrinya. Dan ketetapan Allah itu pasti terjadi.”
Asbabun Nuzul
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari yang bersumber dari Anas, bahwa ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa Zainab binti Jahsyi dan Zaid bin Haritsah. Diriwayatkan oleh Al-Hakim yang bersumber dari Anas, bahwa Zaid bin Haritsah mengadu kepada Nabi SAW. Tentang kelakuan Zainab binti Jahsyi. Bersabdalah Rasulullah SAW. "Tahanlah istrimu". Maka turunlah ayat ini yang mengingatkan Rasulullah akan sesuatu yang tetap dirahasiakan oleh dirinya yang telah diberitahukan oleh Allah.
Diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad dan An-Nasai, bahwa ketika telah habis iddah Zainab (setelah dicerai oleh Zaid), bersabdalah Rasulullah SAW. Kepada Zaid: "Pergilah engkau kepada Zainab dan terangkanlah kepadanya bahwa aku akan mengawininya". Berangkatlah Zaid memberitahukan maksud Rasulullah. Zainab pun menjawab: "Aku tidak akan berbuat apa-apa sebelum meminta pertimbangan dari Tuhanku". Ia pergi ke tempat sujudnya. Setelah turun ayat ini, datanglah Rasulullah SAW. mengawininya tanpa menunggu persetujuannya. Pada waktu itu para sahabat dijamu makan roti dan daging walimah dan berangsur pulang, hanya tinggal beberapa orang saja bercakap-cakap disana. Keluar masuklah Rasulullah kerumah istrinya dan Zaid pun mengikutinya. Beberapa kemudian diberitahukan bahwa semua orang sudah meninggalkan rumah Zainab. Maka pergilah Rasulullah Saw. Dan mendapatkan Zainab diikuti oleh Zaid. Akan tetapi Rasulullah saw. Dihalangi dengan hijab. Turun pula (Q.S. Al-Ahzab ayat 53) berkenaan dengan peristiwa tersebut sebagai larangan kepada kaum muslimin untuk memasuki Rasulullah kecuali dengan izinnya.
• QS. al-Ahzab : 40
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّۦنَ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا ﴿٤٠﴾
“Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Asbabun Nuzul
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi yang bersumber dari Aisyah bahwa ketika Rasulullah SAW. kawin dengan Zainab, orang banyak ribut membincangkannya; “Muhammad kawin dengan bekas istri anaknya”. Maka turunlah ayat ini yang menegaskan bahwa Zaid bukan putra Rasulullah SAW.
2. Thalhah bin Ubaidillah
• QS. al-Ahzab : 23
مِّنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا۟ مَا عَٰهَدُوا۟ ٱللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُم مَّن قَضَىٰ نَحْبَهُۥ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا۟ تَبْدِيلًا ﴿٢٣﴾
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya),
Asbabun Nuzul
Diriwayatkan oleh Muslim dan At-Tirmidzi dan yang lainnya bersumber dari Anas, bahwa Anas An-nadhir (paman Anas bin Malik) tidak ikut serta dalam perang Badar bersama Rasulullah. Ia merasa sangat berdosa karenanya dan berkata: "Dalam peperangan Rasulullah yang pertama aku tidak dapat ikut. Sekiranya Allah menakdirkan aku dapat menyaksikan peperangan bersama Rasulullah SAW. Allah akan menyaksikan apa yang akan kuperbuat". Ia pun turut berjihad dalam Perang Uhud dan gugur sebagai Syahid. Dibadannya terdapat lebih dari delapan puluh luka bekas pukulan, tusukan tombak dan bekas panah. Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa tersebut sebagai pujian terhadap orang yang menunaikan janjinya.
3. Ka’ab bin Malik
• QS. at-Taubah : 118
وَعَلَى ٱلثَّلَٰثَةِ ٱلَّذِينَ خُلِّفُوا۟ حَتَّىٰٓ إِذَا ضَاقَتْ عَلَيْهِمُ ٱلْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ وَضَاقَتْ عَلَيْهِمْ أَنفُسُهُمْ وَظَنُّوٓا۟ أَن لَّا مَلْجَأَ مِنَ ٱللَّهِ إِلَّآ
إِلَيْهِ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُوٓا۟ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ ﴿١١٨﴾
“dan terhadap tiga orang yang ditinggalkan. Hingga ketika bumi terasa sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah (pula terasa) sempit bagi mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksaan) Allah, melainkan kepada-Nya saja, kemudian Allah menerima tobat mereka agar mereka tetap dalam tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.”
Asbabun Nuzul
Zuhri r.a memaparkan, bahwa kata Rasulullah SAW. berangkat menuju medan perang Tabuk, Ka’ab bin Malik r.a, Hilal bin Ummayah r.a, dan Murarah Bin Rabi’ r.a, semuanya para sahabat Anshar, tidak ikut berperang. Mereka sangat menyesal, karena uzur yang mengakibatkan mereka tidak bisa ikut. Selama lebih kurang 50 hari, mereka di boikot kaum Muslim. Mereka bertaubat kepada Allah. Maka, turunlah ayat ini (HR. Bukhori dan Muslim).
4. Tsabit bin Qais
• QS. al-Hujurat : 2-3
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَرْفَعُوٓا۟ أَصْوَٰتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ ٱلنَّبِىِّ وَلَا تَجْهَرُوا۟ لَهُۥ بِٱلْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَن تَحْبَطَ أَعْمَٰلُكُمْ
وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ ﴿٢﴾ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوَٰتَهُمْ عِندَ رَسُولِ ٱللَّهِ أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ ٱمْتَحَنَ ٱللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَىٰ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ ﴿٣﴾
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain, nanti (pahala) segala amalmu bisa terhapus sedangkan kamu tidak menyadari. Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hatinya oleh Allah untuk bertakwa. Mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.”
Asbabun Nuzul
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Qatadah yang berkata, "Diantara sahabat ada yang mengeraskan suara dalam berbicara (dengan Rasulullah). Allah lalu menurunkan ayat ini."
Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari Muhammad bin Tsabit bin Qais bin Syamas yang berkata, "Tatkala turun ayat 2, "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi,..." Tsabit bin Qais terlihat duduk di tengah jalan sambil menangis. Tidak lama berselang, Ashim Bin Uday bin Ajlan lewat dihadapannya. Ashim lalu bertanya. "Kenapa engkau menangis?' Tsabit menjawab, 'Karena ayat ini. Saya sangat takut jika ayat ini turun berkenaan dengan saya karena saya adalah seorang yang bersuara keras dalam berbicara.' Ashim lantas melaporkan hal itu kepada Rasulullah. Beliau kemudian memanggil Tsabit dan berkata, 'Sukakah engkau hidup dalam kesulitan dan nantinya meninggal dalam keadaan syahid?' Tsabit segera menjawab, "Ya, saya senang dengan kabar gembira yang saya terima dari Allah dari Rasul-Nya ini. Saya berjanji tidak akan pernah lagi berbicara lebih keras dari suara Rasulullah.' Allah lalu menurunkan ayat 3, 'Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya disisi Rasulullah,...' "
5. Abu Ubaidah bin Jarrah
• QS. al-Mujadilah : 22
لَّا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ يُوَآدُّونَ مَنْ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوْ كَانُوٓا۟ ءَابَآءَهُمْ أَوْ أَبْنَآءَهُمْ أَوْ إِخْوَٰنَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُو۟لَٰٓئِكَ كَتَبَ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلْإِيمَٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا رَضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ أُو۟لَٰٓئِكَ حِزْبُ ٱللَّهِ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ ﴿٢٢﴾
“Engkau (Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya atau keluarganya. Mereka itulah orang-orang yang dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari Dia. Lalu dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Merekalah golongan Allah. Ingatlah, sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung.”
Asbabun Nuzul
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Syaudzab yang berkata, "Ayat ini turun berkenaan dengan Abu Ubaidah bin Jarrah, yaitu ketika ia membunuh ayahnya pada Perang Badar. Ketika itu, turunlah ayat ini."
Imam Ath-Thabrani dan Al-Hakim dalam kitab Al-Mustadrak meriwayatkan hal serupa, namun dengan lafazh, "Pada saat berkecamuknya Perang Badar, ayah Abu Ubaidah bin Jarrah acapkali merintangi gerak-gerik anaknya tersebut. Pada awalnya, Abu Ubaidah selalu berusaha menghindar (agar tidak berhadapan dengan sang ayah). Akan tetapi, ketika ayahnya itu tetap bersikap demikian, Abu Ubaidah pun kemudian menghampirinya lalu membunuhnya. Setelah itu, turunlah ayat ini."
Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Juraij yang berkata, "Diinformasikan kepada saya bahwa suatu ketika Abu Quhafah (ayah Abu Bakar) mencaci maki Nabi SAW. Abu Bakar langsung memukul kepalanya hingga terjatuh. Ketika peristiwa itu didengar oleh Nabi Saw, beliau lalu berkata, 'Benarkah engkau berbuat seperti itu, wahai Abu Bakar?' Abu Bakar menjawab, 'Demi Allah, sekiranya pada saat itu ada perang di dekat saya, niscaya akan saya tebas lehernya.' Tidak lama kemudian, turunlah ayat ini."
6. Sa’ad bin Abi Waqash
• QS. al-Anfal : 1
يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلْأَنفَالِ قُلِ ٱلْأَنفَالُ لِلَّهِ وَٱلرَّسُولِ فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَأَصْلِحُوا۟ ذَاتَ بَيْنِكُمْ وَأَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ﴿١﴾
“Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah, "Harta rampasan perang itu milik Allah dan Rasul (menurut ketentuan Allah dan Rasul-Nya), maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu orang-orang yang beriman."
Asbabun Nuzul
Abu Dawud, an-Nasa'i, Ibnu Hibban, dan al-Hakim meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas berkata, "Nabi SAW. bersabda, 'Barangsiapa membunuh seorang musuh, maka Ia mendapat ini dan itu. Dan barangsiapa menawan seorang musuh, maka ia mendapat ini dan itu.' Orang-orang tua bertahan di bawah panji-panji perang, sedangkan para pemuda maju membunuhi musuh dan merampas ghanimah. Lalu orang-orang yang tua itu berkata kepada para pemuda, 'Beri kami bagian, sebab kami adalah tulang punggung kalian. Seandainya terjadi sesuatu pada kalian pasti kalian mundur kepada kami.' Mereka bertengkar, lalu mereka menghadap Nabi SAW.,hingga turunlah ayat, 'Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang (pembagian) harta rampasan perang.... "
7. Abu Bakar as-Sidiq
• QS. al-Lail : 17-21
وَسَيُجَنَّبُهَا ٱلْأَتْقَى ﴿١٧﴾ٱلَّذِى يُؤْتِى مَالَهُۥ يَتَزَكَّىٰ ﴿١٨﴾وَمَا لِأَحَدٍ عِندَهُۥ مِن نِّعْمَةٍ تُجْزَىٰٓ ﴿١٩﴾إِلَّا ٱبْتِغَآءَ وَجْهِ رَبِّهِ ٱلْأَعْلَىٰ ﴿٢٠﴾وَلَسَوْفَ يَرْضَىٰ ﴿٢١﴾
“Dan akan dijauhkan darinya (neraka) orang yang paling bertakwa, yang menginfakkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan (dirinya), dan tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat padanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Mahatinggi. Dan niscaya kelak dia akan mendapat kesenangan (yang sempurna).”
Asbabun Nuzul
Yang dimaksud dengan merasa dirinya cukup ialah tidak memerlukan lagi pertolongan Allah dan tidak bertakwa kepada-Nya.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa seorang pemilik pohon kurma mempunyai pohon yang mayangnya menjulur ke rumah tetanganya, seorang fakir yang banyak anak. Setiap kali pemilik kurma itu memetik buahnya, ia memetiknya dari rumah tetangganya itu. Apabila ada kurma yang jatuh dan dipungut oleh anak-anak orang fakir itu, ia segera turun dan merampasnya dari tangan anak-anak itu, bahkan yang sudah masuk mulut mereka pun dipaksanya keluar. Orang fakir itu mengadukan halnya kepada Nabi saw. Beliau berjanji akan menyelesaikannya. Kemudian Rasulullah SAW. bertemu dengan pemilik kurma itu dan bersabda: “Berikan kepadaku pohon kurma yang mayangnya menjulur ke rumah si anu. Sebagai gantinya kamu akan mendapat pohon kurma di surga.” Si pemilik pohon kurma berkata: “Hanya sekian tawaran tuan? Aku mempunyai banyak pohon kurma, dan pohon kurma yang diminta itu yang paling baik buahnya.” Lalu si pemilik pohon kurma itu pun pergi.
Pembicaraan si pemilik pohon kurma dengan Nabi SAW. itu terdengar oleh seorang dermawan, yang langsung menghadap Rasulullah SAW. dan berkata: “Seandainya pohon itu menjadi milikku, apakah tawaran tuan itu berlaku juga bagiku?” Rasulullah SAW. menjawab : “Ya.” Maka pergilah orang itu menemui pemilik pohon kurma. Si pemilik pohon kurma berkata: “Apakah engkau tau bahwa Muhammad saw menjanjikan pohon kurma di surga sebagai ganti pohon kurma yang mayangnya menjulur ke rumah tetanggaku ? Aku telah mencatat tawaran beliau. Akan tetapi buah pohon kurma itu sangat mengagumkan. Aku banyak mempunyai pohon kurma, tetapi tidak ada satu pohon pun yang selebat itu.” Orang dermawan itu berkata: “Apakah engkau mau menjualnya?” Ia menjawab : “Tidak, kecuali apabila ada orang yang sanggup memenuhi keinginanku, akan tetapi pasti tidak aka nada yang sanggup.” Orang dermawan itu berkata lagi: “Berapa yang engkau inginkan?” Ia berkata : “Aku ingin empat puluh pohon kurma.” Orang dermawan itu terdiam, kemudian berkata lagi : “Engkau minta yang bukan-bukan. Tapi baiklah aku berikan empat puluh pohon kurma padamu, dan aku minta saksi jika engkau benar-benar mau menukarnya.” Iapun memanggil sahabat-sahabatnya untuk menyaksikan penukaran itu.
Orang dermawan itu menghadap Rasulullah SAW. dan berkata: “Ya Rasulullah, pohon kurma itu telah menjadi milikku. Aku akan menyerahkannya kepada tuan.” Maka berangkatlah Rasulullah SAW. menemui pemilik rumah yang fakir itu dan bersabda: “Ambillah pohon kurma itu untukmu dan keluargamu.” Maka turunlah ayat ini (al-Lail ayat 1- akhir ayat) yang membedakan kedudukan dan kesudahan orang bakhil dengan orang dermawan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma man Nazala fihim al-Qur’an merupakan nama-nama orang sahabat yang turun dalam al-Qur’an. Sahabat-sahabat ini merupakan orang-orang yang menjadi latar belakang turunnya suatu ayat dalam al-Qur’an.
Adapun para sahabat Rasulullah yang terdapat dalam al-Qur’an, diantaranya:
1. Zaid bin Haritsah dalam QS. al-Ahzab ayat 37 dan 40
2. Thalhah bin Ubaidillah dalam QS. al-Ahzab ayat 23
3. Ka’ab bin Malik dalam QS. at-Taubah ayat 118
4. Tsabit bin Qais dalam QS. Hujurat ayat 2 dan 3
5. Abu Ubaidah bin Jarrah dalam QS. al-Mujadilah ayat 22
6. Sa’ad bin Abi Waqash dalam QS. al-Anfal ayat 1
7. Abu Bakar as-Sidiq dalam QS. al-Lail ayat 17-21
B. Saran – saran
1. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan.
2. Kami menghimbau agar para pembaca dapat mengkritik makalah ini untuk ke depannya agar lebih baik dan tidak hanya mencukupkan pengetahuannya terhadap materi yang kami buat.
3. Kami mohon maaf sebesar-besarnya atas ketidaksempurnaan isi dari makalah yang kami susun.
4. Terimakasih kepada para pembaca dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi para pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar